Dalam era digital, tantangan utama yang dihadapi pengelola sistem
informasi adalah memastikan keamanan serta performa layanan web yang
andal. Ancaman kebocoran data, keterbatasan sistem, dan kebutuhan akan
akses yang cepat menuntut adanya solusi yang tepat. Salah satu
pendekatan yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan
tersebut adalah penerapan reverse proxy. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dan membandingkan dua teknologi reverse proxy populer,
yaitu NGINX dan Cloudflare, dalam meningkatkan aspek keamanan dan
performa website. Penelitian dilakukan dengan membangun dua skenario
pengujian menggunakan web server Apache sebagai backend, yang
diintegrasikan dengan NGINX sebagai reverse proxy lokal serta
Cloudflare sebagai reverse proxy berbasis cloud. Lima skenario uji
diterapkan, meliputi kebocoran IP server, batas unggahan berkas
(maximum upload size), waktu eksekusi (execution time), pengelolaan
header, serta manajemen session. Analisis dilakukan dengan
memanfaatkan Wireshark, Burp Suite, dan Postman. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kedua reverse proxy mampu menyembunyikan IP
backend dan menjaga konsistensi session. NGINX unggul dari sisi
fleksibilitas teknis, seperti kemampuan menangani unggahan berkas
berukuran besar, mendukung waktu eksekusi lebih panjang, serta
memberikan kendali penuh terhadap header. Cloudflare, di sisi lain,
menawarkan kemudahan implementasi dan perlindungan otomatis
melalui DNS masking, meskipun masih memiliki keterbatasan pada batas
unggahan dan waktu eksekusi pada layanan gratis.