Indonesia memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata antara 26,7°C hingga 27,2°C, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan di dalam ruangan. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan material atap yang memiliki daya serap panas tinggi dan isolasi suara yang rendah, seperti atap seng. Di sisi lain, atap tradisional berbahan ijuk yang sebelumnya digunakan masyarakat memiliki potensi dalam meredam panas dan suara, namun ditinggalkan karena mudah lapuk, terbakar, dan bocor.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan performa atap ijuk melalui penggabungan dengan limbah plastik HDPE sebagai pengikat dan pelindung luar. Metode yang digunakan adalah studi eksperimental dengan beberapa variasi bentuk dan massa ijuk, kemudian dilakukan uji performa terhadap suhu, kebisingan, serta kekuatan mekanik (tarik, tekan, dan impact).Hasil menunjukkan bahwa variasi ijuk panjang 40 gram memberikan hasil paling optimal. Suhu ruang di bawah atap ijuk tercatat 38,2°C. Berdasarkan hasil perhitungan nilai konduktivitas termal absolutnya didapat nilainya sebesar 0,2346110W/m.k. Dalam uji kebisingan, atap ijuk hanya mencapai 39,6 dB, sedangkan atap seng sebesar 74,2 dB. Dari sisi kekuatan, atap ijuk mencatat kuat tarik 13,24 MPa dan daya impact 3,16 Joule.Dengan demikian, atap komposit ijuk dengan pengikat HDPE terbukti memiliki kemampuan isolasi panas dan suara yang lebih baik, serta kekuatan mekanik yang memadai untuk menjadi alternatif material atap modern yang ramah lingkungan.
Kata kunci: Ijuk, HDPE, Atap Komposit, Isolasi Panas, Isolasi Suara, Uji Mekanik