ABSTARAK

Cara budidaya jamur yaitu dengan menyediakan rak untuk tempat media tanam jamur, untuk suhu pada kumbung jamur berkisar 22°-28° Celcius. Perawatan jamur hanya memerlukan penyiraman yang cukup, pada musim penghujan di lakukan penyiraman 2 kali dan musin panas 3 kali sehari. Penyiraman pada budidaya jamur nando dilakukan secara manual dengan memanfaatkan sprayer dengan kapasitas 16 liter. Sebelumnya sudah ada alat untuk penyiram jamur otomatis yang dirakit oleh pemilik jamur sendiri Bayu Fernando dengan menggunakan metode timer tetapi alat ini memiliki kelemahan saat penyemprotan jamur. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dirancang sebuah alat untuk melakukan penyiraman pada kumbung jamur secara otomatis dengan pembacaan kelembaban menggunakan sensor Soil Moisture. Ketika kelembaban media tanam jamur (baglog) kurang dari 60% maka pompa air akan hidup, sedangkan jika kelembaban baglog jamur terbaca lebih dari 60% maka pompa air akan mati. Alat ini juga dapat dimonitoring dengan menggunkan aplikasi Blynk yang bisa menampilkan suhu dari hasil deteksi DHT22 dan kelembaban dari sensor Soil Moisture sehingga pemilik usaha bisa melakukan memonitoring dua kondisi tersebut dalam kondisi jarak jauh. Untuk alat ini memiliki tingat keakurasi suhu rata-rata 97.13% dan kelembaban rata-rata 89,86%, alat ini sangat efektif karna dapat membantu proses penyiraman tanpa melukkan penyiraman manual pada media tanam jamur (baglog). Pengaruh ini terhadap hasil jamur tiram yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperolah dengan alat penyirama jamur manual, tetapi dengan alat penyiram otomatis pada kumbung jamur ini waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penyiraman cepat tidak selama menggunakan alat penyiram manual

Kata Kunci: Soil Mosture, DHT22, ESP32, Internet of Things (IoT) dan Pompa Air.