Sejak COVID-19, Dirjen Imigrasi Kemenkumham RI telah menegaskan
pentingnya aplikasi layanan paspor online bernama M-Paspor. Langkah
ini diwajibkan bagi masyarakat sebelum mereka mengunjungi kantor
imigrasi untuk mengurus paspor. Aplikasi ini memberikan kemudahan
bagi pemohon dalam proses pembuatan paspor, memungkinkan mereka
untuk mudah memasukkan informasi pribadi dan mengunggah dokumen
persyaratan kapan saja dan dimana saja. Aplikasi saat ini telah tersedia
diseluruh Kantor Imigrasi di Indonesia. Namun, hasil penelitian yang
dilakukan dengan mengumpulkan tanggapan dari 22 responden yang
pernah menggunakan aplikasi ini dan mewawancarai 2 narasumber
menunjukkan beberapa pengguna mengalami kendala dalam
menggunakan aplikasi. Beberapa masalah yang diidentifikasi meliputi
tampilan yang kurang menarik, kekurangan fitur penilaian, keterbatasan
responsivitas aplikasi, minimnya penonjolan menu utama, dan
ketidakadanya notifikasi mengenai persyaratan dokumen saat
mengunggah foto dokumen. Selain itu, terdapat keluhan mengenai terlalu
banyak inputan yang sebenarnya tidak diperlukan. Dalam rangka
memperbaiki masalah ini, dipilih metode Design Thinking untuk
mengubah desain aplikasi. Design Thinking adalah proses berulang yang
bertujuan untuk memahami pengguna, menantang asumsi, dan
meredefinisi masalah agar strategi dan solusi alternatif yang awalnya
tidak terlihat dapat diidentifikasi. Setelah beberapa iterasi dengan
partisipan langsung dari 30 pengguna aplikasi M-Paspor, hasil pengujian
prototipe menggunakan metode pengujian maze usability score
menunjukkan angka 60.9, mengindikasikan bahwa fungsionalitas
prototipe berjalan dengan cukup baik dan sesuai dengan kebutuhan
pengguna. Uji usability juga dilakukan dengan metode SUMI, yang
menghasilkan nilai 74. Hasil ini menunjukkan bahwa desain prototipe
Aplikasi M-Paspor berhasil memenuhi standar nilai usability, yaitu
kemudahan bagi pengguna dalam berinteraksi dengan desain aplikasi.